Wisata Kota Tua Jakarta

Objek wisata Kota Tua merupakan salah satu tempat wisata yang terdapat di Jakarta. Terletak di daerah Jakarta Barat letak objek wisata ini memang sangat strategis dan mudah dijangkau.. Kita dapat menggunakan alat transportasi seperti mikrolet atau kereta api, jika menggunakan kereta api kita hanya perlu berjalan beberapa menit dari stasiun Jakarta Kota. Bisa juga naik Trans Jakarta, turun di Halte Stasiun Kota.
 
Sampai saat ini, Kota Tua tetap menjadi objek wisata favorit warga Jakarta untuk menikmati akhir pekan. Tidak hanya warga Jakarta, warga-warga dari daerah lain seperti Depok dan Bogor pun senang mengunjungi objek wisata ini. Bahkan para turis dari mancanegara pun banyak yang mengunjungi tempat ini.

Kita bisa menyewa sepeda untuk berkeliling kawasan kota tua, itung-itung sambil berolahraga.Tarif sewa sepeda adalah 20ribu/jam.

Konon, menurut sejarah kota tua Jakarta di bangun pada tahun 1527 di lahan bekas Sunda Kelapa. Kota ini dibangun oleh Fatahillah dan diberi nama Jayakarta.. Namun kota ini hancur diserang oleh VOC Belanda, dan pada tahun 1620, pemerintah Belanda membangun kota Batavia dan pusat kotanya terletak di Taman Fatahillah..
Di Kota Tua ini berdiri beberapa museum yang menyimpan benda-benda penting dan bersejarah.
Beberapa Museum yang ada di Kota Tua ini antara lain :
  • Museum Sejarah Jakarta
  • Museum Bank Indonesia 
  • Museum Bank Mandiri
  • Museum Wayang
  • Museum Keramik
  • Museum Bahari
Museum Sejarah Jakarta – (Museum Fatahillah)
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah 

 

Museum Wayang  
Museum Wayang terletak bagian barat taman Fatahilah.  Pada mulanya bangunan ini merupakan gereja tua yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640 dengan nama "de oude Holandsche Kerk" untuk beribadat warga sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia.

Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan dan perubahan nama menjadi "de nieuwe Holandsche Kerk". Gereja ini masih berdiri hingga tahun 1808 yang kemudian hancur dikarenakan gempa bumi pada tahun yang sama. Kemudian di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.

Di halaman gereja ini sekarang mejadi ruangan taman terbuka Museum Wayang, di dalamnya terdapat taman  kecil dengan 9 prasasti yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut. Diantaranya adalah Jendran Jan Pieterzoon Coen.

 Berkas:Gereja Tua Belanda.jpg

Museum ini memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kulit, kayu maupun bahan-bahan lainnya. Di museum ini juga mengoleksi wayang dari luar negeri diantaranya dari Tiongkok, Kamboja, Vietnam, Suriname, India, dll.

Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya. Wayang juga sudah diakui PBB sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan, hal ini diputuskan pada tanggal 7 November 2003.

Museum Wayang tutup setiap hari Senin. Jam operasi mulai jam 8 pagi - 5 sore.

Alamat :
Jl. Pintu Besar Utara No.27, Pinangsia, Jakarta Barat 11110, Indonesia
+62 21 6929560


Museum Seni Rupa dan Keramik Indonesia
Museum ini terletak di seberang museum Wayang atau berada di sebelah timur taman Fatahilah. Museum ini memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Indonesia, dari jaman kerajaan Majapahit pada abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia. 

Gedung ini dibangun pada 12 Januari 1870 yang pada awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.

 

Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976, gedung ini digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh  Presiden Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.

Pada tahun 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
 
Museum ini menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat sekarang.
Koleksi Seni Lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodisasi yaitu:
  • Ruang Masa Raden Saleh (karya-karya periode 1880 - 1890)
  • Ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an)
  • Ruang Persagi (karya-karya periode 1930-an)
  • Ruang Masa Pendudukan Jepang (karya-karya periode 1942 - 1945)
  • Ruang Pendirian Sanggar (karya-karya periode 1945 - 1950)
  • Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (karya-karya periode 1950-an)
  • Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (karya-karya periode 1960 - sekarang)
Untuk Koleksi seni rupa menampilkan patung-patung sepeti Totem Asmat dan lain-lain.
Sedangkan koleksi keramik menampilkan keramik dari beberapa daerah Indonesia dan seni kreatif kontemporer. Selain itu ada juga koleksi keramik dari mancanegara seperti keramik dari  Tiongkok, Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa dari abad 16 sampai dengan awal abad 20.

Di bagian depan museum ini juga terdapat beberapa meriam dibawah rindangnya pohon beringin.

Alamat :
Jl. Pos Kota No. 2 ( Sebelah kantor imigrasi Jakarta Barat)



Sunda Kelapa
Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Kala itu Sunda Kelapa merupakan pelabuhan Kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang kota Bogor) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman pendahulu Kerajaan Sunda, yaitu kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan bahasa Malayu yang umum di Sumatera, yang kemudian dijadikan bahasa nasional, jauh sebelum peristiwa Sumpah Pemuda.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.

Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektar.

 

Museum Bahari
Berlokasi di Jl. Pasar Ikan no 1. Jakarta Utara, Telepon: 6693406. Di kawasan kuno pelabuhan Sunda Kelapa, berdirilah Museum Maritim (Museum Bahari) yang memamerkan berbagai benda peninggalan VOC  Belanda pada zaman dahulu dalam bentuk model atau replica kecil, photo, lukisan serta berbagai model perahu tradisional, perahu asli, alat navigasi, kepelabuhan serta benda lainnya yang berhubungan dengan kebaharian Indonesia. Museum ini mencoba menggambarkan kepada para pengunjungnya mengenai tradisi melaut nenek moyang Bangsa Indonesia dan juga pentingnya laut bagi perekonomian Bangsa Indonesia dari dulu hingga kini.
 

Museum ini juga memiliki berbagai model kapal penangkap ikan dari berbagai pelosok Indonesia termasuk juga jangkar batu dari beberapa tempat, mesin uap modern dan juga kapal Pinisi (kapal phinisi Nusantara) dari suku Bugis (Sulawesi Selatan) yang kini menjadi salah satu kapal layar terkenal di dunia.

Tak jauh dari museum ini kita bisa mendatangi Menara Syahbandar, bahkan anda dapat naik ke atas menara dan melihat pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari atas menara ini.




Jembatan KotaIntan
Jembatan Kota Intan ini terletak di Kawasan Kota Tua. Berada di dekat Hotel Batavia yang megah, nah di deket situ ada jembatan gantung ini.

Jembatan ini didirikan pada tahun 1628 yang sayangnya sekarang sudah tidak berrfungsi lagi. Padahal seru juga kalo jembatan bisa dinaik turunin, ya meski nggak ada satupun perahu yang lewat sih

Menurut informasi yang didapar dari Dinas Pariwisata Jakarta Barat, nama jembatan ini berubah-ubah, yaitu pernah bernama Jembatan Inggris pas penjajahan inggris, kemudian menjadi Jembatan Pusat pas pemerintahan Hindia Belanda lalu berubah menjadi Jembatan Pasar Ayam karena di dekat jembatan ada pasar ayam.

Masih berlanjut pada tahun 1938 di masa Pemerintahan Ratu Juliana, jembatan ini direnovasi dan tentu saja namanya berubah menjadi Jembatan Ratu Yuliana (Ophaalsburgs Juliana). Trus pada akhirnya jembatan penyeberangan ini berganti nama menjadi Jembatan Kota Intan karena di dekat jembatan ada Kastil Batavia bernama Diamond!
 
 
 
Jembatan Kota intan berdiri diatas kali besar, pada jaman kolonial kali besar merupakan jalur pintu masuk kota batavia dari pelabuhan sunda kelapa.

 Toko Merah
Terletak di Jalan Kali Besar Barat Jakarta Barat, terdapat sebuah gedung yang hampir seluruh bagian depannya berwarna merah mungkin karena itu disebut Toko Merah. Gedung ini masih tetap berdiri kokoh meskipun telah berusia tiga abad. Sejumlah gubernur jenderal VOC pernah mendiami gedung ini, yang kala itu terletak di tengah kota Batavia berbenteng.

Gustaf Baron van Imhoff membangun gedung berlantai dua itu pada 1730. Gedung itu telah menyaksikan berbagai peristiwa penting, yang dialami kota Batavia. Setidak-tidaknya di depan gedung yang mengalir sungai Groote Rivier ( Kali Besar ) itu perna terjadi suatu kerusuhan besar ketika terjadi pembantaian terhadap orang-orang Tionghoa.

Peristiwa itu terjadi 10 tahun setelah gedung tersebut berdiri ( 1740 ). Setelah peristiwa berdarah pembantaian warga Tionghoa, selain sebagai kampung Akademi Maritim ( Academiede Marine ), gedung itu juga menjadi asrama para kadet.
 
 
 
 
Di ujung jalan di deretan Bangunan toko merah juga terdapat bangunan kuno khas Kolonial. 
 
 
 
 
Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828.
 
 

Museum ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005.

Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga secara menarik.

Peresmian Museum Bank Indonesia dilakukan melalui dua tahap, yaitu peresmian tahap I dan mulai dibuka untuk masyarakat (soft opening) pada tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah, dan peresmian tahap II (grand opening) oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 Juli 2009.

Museum Bank Indonesia buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional dan mengunjunginya tidak dipungut biaya.



Museum Bank Mandiri
Terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat dan merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Kota Tua

Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang menempati area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.

 
 
Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri.

Koleksi museum terdiri dari berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas perbankan "tempo doeloe" dan perkembangannya, koleksi yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno (numismatik), brandkast, dan lain-lain.

Koleksi perlengkapan operasional bank "tempo doeloe" yang unik, antara lain adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel, seal press, safe deposit box maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito, cek, obligasi, dan saham. Di samping itu, ornamen bangunan, interior dan furniture musuem ini masih asli seperti ketika didirikan.

Di dalam bagian gedung Bank Mandiri, terdapat mozaik indah.

Mozaik Museum Bank Mandiri



2 komentar:

  1. makasih infonya, kunjungi http://bit.ly/2QT64Kk

    BalasHapus
  2. Selamat datang di situs Bolavita, kami adalah salah satu Agen Taruhan Terbesar
    Sabung Ayam S128, Judi Bola Sbobet Maxbet 368Bet, Casino Green Dragon 338a, Togel Klik4D Isin4D, Tangkasnet, Semua ada di Bolavita Agen Taruhan terbaik indonesia.

    - Bonus Deposit Sportsbook 10% New Member
    - Bonus Deposit Live Casino 5%
    - Bonus Deposit Bola Tangkas 10%
    - Bonus Referensi 2%-7%
    - Bonus Undian Gadget Keren,

    Hubungi Kami di :
    WA : +6281377055002


    BalasHapus